Senin, 16 Oktober 2017

Jalani Nikmati Syukuri

"Hidup aku nanti gimana, kalo gak ada kamu?"

Sama seperti Gita kepada Rizki dalam cerita Cinta dan Rahasia di televisi, diri ini juga pernah takut bila suatu nanti tiba saatnya tak lagi melewati hari-hari bersamamu.

Dan nyatanya aku bisa melewati satu musim dengan baik. Biar sungguhnya memang tidak benar-benar baik. Artinya, jalani saja, nikmati kemudian syukuri. Nanti pun semua akan menjadi baik-baik saja.

Tasaro GK. juga pernah berpesan dalam Novelnya yang bertajuk Galaksi Kinanthi, "... dengan atau tanpa orang yang kita kasihi, hidup tetap harus dijalani." Jadi, jalani nikmati syukuri.

Tetaplah berbahagia.
Tetaplah percaya aku baik-baik saja.Semoga kita selalu dipertemukan dengan orang yang mengasihi dengan sepenuh & setulus hati.

Yogyakarta, 16 Oktober 2017 23:37

Kamis, 27 April 2017

HIPOGLIKEMIA : Efek Samping Obat Anti Diabetes yang Harus Diwaspadai



Apa Itu Diabetes Melitus?
Diabetes mellitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa (gula) dalam darah darah. Penyakit diabetes mellitus menjadi salah satu daftar sepuluh besar penyakit di Indonesia. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi penderita diabetes untuk mengkonsumsi berbagai jenis obat supaya dapat mengontrol kadar glukosa darah agar tetap dalam batas normal.
Obat Anti Diabetes
Obat anti diabetes terdiri dari berbagai macam golongan diantaranya terapi insulin, anti diabetik oral (ADO) seperti metformin, glimepirid, glibenklamid dan lain-lain, atau kombinasi keduanya. Semua obat tersebut memiliki efek yang sama yaitu sebagai penurun kadar glukosa dalam darah. Efek samping yang dihasilkan dari terapi anti diabetes sangat beragam diantaranya hipoglikemia, mual, diare, sakit perut, peningkatan pelepasan asam lambung, sakit kepala, vertigo, bingung dan lain sebagainya. Pada artikel ini akan berfokus pada efek hipoglikemia dari obat anti diabetes.
Kapan Seseorang Dikatakan Mengalami Diabetes?
Kadar glukosa dalam darah normalnya adalah kurang dari 100 mg/dL pada keadaan puasa atau kurang dari 140 mg/dL untuk pemerikasaan 2 jam setelah makan. Seseorang akan didiagnosa mengidap diabetes mellitus apabila kadar glukosa dalam darah lebih dari 126 mg/dL pada keadaan puasa atau lebih dari 200 mg/dL untuk pemeriksaan 2 jam setelah makan. Pasien yang mendapatkan diagnosa diabetes oleh dokter umumnya akan mendapatkan beberapa terapi, mulai dari terapi non obat seperti berolah raga dan menjaga pola makan, hingga mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.

 
Lalu apa yang terjadi jika kadar glukosa dalam darah turun begitu drastis?
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dalam darah kurang dari 50 mg/dl. Bahkan beberapa orang-orang tertentu sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa darah plasma di atas 50 mg/dl (kurang dari 70 mg/dL). Kadar glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi yang cukup sehingga otak tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak.
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Diperkirakan 2–4% kematian pada penderita diabetes tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut mendapat terapi insulin. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilangnya kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.
Apa Saja yang Dapat Menyebakan Terjadinya Hipoglikemia?
Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam), makan terlalu sedikit, berolah raga terlalu berat, mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya, minum minuman yang mengandung alkohol, stress, serta mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia seperti kloramfenikol.
Efek Dari Hipoglikemia
Efek hipoglikemia yang cukup parah dapat terjadi dalam 10 sampai 15 menit setelah pemberian insulin atau 1-2 jam setelah mengkonsumsi obat anti diabetes. Oleh sebab itu, penderita diabetes yang melakukan terapi anti diabetes harus mengetahui tanda-tanda awal terjadinya hipoglikemia, antara lain badan terasa lemas, pusing dan kepala terasa ringan, pandangan berkunang-kunang, kadang-kadang pandangan menjadi gelap (pitam), mengantuk bukan pada jam tidur, keluar keringat dingin, berkeringat berlebihan, merasa lapar, gemetar, serta tampak gugup dan bingung.
Selalu menjadi pertanyaan besar apakah seseorang yang memiliki penyakit diabetes tidak boleh mengkonsumsi glukosa ataupun makanan/minuman yang mengandung glukosa? Lalu, bagaimana bila gejala hipoglikemia muncul? Apa yang harus dilakukan?
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala atau efek hipoglikemia ringan yang paling sederhana adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat glukosa seperti nasi atau minum teh dengan glukosa. Meskipun glukosa murni mungkin pengobatan pilihan, bentuk karbohidrat yang mengandung glukosa sudah cukup untuk menaikkan glukosa darah. Sedangkan untuk penanganan hipoglikemia berat, di mana individu membutuhkan bantuan dari orang lain dan tidak dapat diobati dengan karbohidrat oral, harus segera mendapatkan tindakan medis untuk mencegah keparahan.
Sangat disayangkan beberapa pasien diabetes seringkali tidak menyadari bahwa kadar glukosa dalam darah sedang turun dalam keadaaan dratis dan menganggap gejala hipoglikeia yang muncul merupakan efek dari keparahan diabetes. Maka dari itu sudah sepatutnya pasien serta keluarga pasien mamahami gejala-gejala dari hipoglikemia, karena penanganan yang salah atau terlambat terhadap hipoglikemia dapat berakibat fatal.

Referensi :
Anonim, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus,  Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Anonim, 2006, Standards of Medical Care in Diabetes–2006, American Diabetes Association, Diabetes Care, Volume 29, Supplement 1, January.

Catatan :
Tulisan ini diajukan untuk memenuhi Tugas Farmasi Klinik
Magister Farmasi Sains dan Teknologi UGM Yogyakarta. 


Follow my IG / twitter @ermayunita26