Apa Itu Diabetes Melitus?
Diabetes mellitus didefinisikan sebagai
suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa
(gula) dalam darah darah. Penyakit diabetes mellitus menjadi salah satu daftar
sepuluh besar penyakit di Indonesia. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi
penderita diabetes untuk mengkonsumsi berbagai jenis obat supaya dapat
mengontrol kadar glukosa darah agar tetap dalam batas normal.
Obat Anti Diabetes
Obat anti diabetes terdiri dari berbagai
macam golongan diantaranya terapi insulin, anti diabetik oral (ADO) seperti
metformin, glimepirid, glibenklamid dan lain-lain, atau kombinasi keduanya. Semua
obat tersebut memiliki efek yang sama yaitu sebagai penurun kadar glukosa dalam
darah. Efek samping yang dihasilkan dari terapi anti diabetes sangat beragam
diantaranya hipoglikemia, mual, diare, sakit perut, peningkatan pelepasan asam
lambung, sakit kepala, vertigo, bingung dan lain sebagainya. Pada artikel ini
akan berfokus pada efek hipoglikemia dari obat anti diabetes.
Kapan Seseorang
Dikatakan Mengalami Diabetes?
Kadar glukosa dalam darah normalnya
adalah kurang dari 100 mg/dL pada keadaan puasa atau kurang dari 140 mg/dL
untuk pemerikasaan 2 jam setelah makan. Seseorang akan didiagnosa mengidap
diabetes mellitus apabila kadar glukosa dalam darah lebih dari 126 mg/dL pada
keadaan puasa atau lebih dari 200 mg/dL untuk pemeriksaan 2 jam setelah makan.
Pasien yang mendapatkan diagnosa diabetes oleh dokter umumnya akan mendapatkan
beberapa terapi, mulai dari terapi non obat seperti berolah raga dan menjaga
pola makan, hingga mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darah.
Lalu apa yang terjadi
jika kadar glukosa dalam darah turun begitu drastis?
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar
glukosa dalam darah kurang dari 50 mg/dl. Bahkan beberapa orang-orang tertentu
sudah menunjukkan gejala hipoglikemia pada kadar glukosa darah plasma di atas
50 mg/dl (kurang dari 70 mg/dL). Kadar glukosa darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi yang cukup sehingga otak
tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak.
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada
penderita diabetes tipe 1. Diperkirakan 2–4% kematian pada penderita diabetes
tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita diabetes tipe 2,
serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita tersebut
mendapat terapi insulin. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala pusing,
lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap),
keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilangnya kesadaran.
Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya
kematian.
Apa Saja yang Dapat
Menyebakan Terjadinya Hipoglikemia?
Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya
terjadi apabila penderita lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang
atau malam), makan terlalu sedikit, berolah raga terlalu berat, mengkonsumsi
obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya, minum minuman
yang mengandung alkohol, stress, serta mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat
meningkatkan risiko hipoglikemia seperti kloramfenikol.
Efek Dari Hipoglikemia
Efek hipoglikemia
yang cukup parah dapat terjadi dalam 10 sampai 15 menit setelah pemberian
insulin atau 1-2 jam setelah mengkonsumsi obat anti diabetes. Oleh sebab itu,
penderita diabetes yang melakukan terapi anti diabetes harus mengetahui tanda-tanda
awal terjadinya hipoglikemia, antara lain badan terasa lemas, pusing dan kepala
terasa ringan, pandangan berkunang-kunang, kadang-kadang pandangan menjadi
gelap (pitam), mengantuk bukan pada jam tidur, keluar keringat dingin,
berkeringat berlebihan, merasa lapar, gemetar, serta tampak gugup dan bingung.
Selalu
menjadi pertanyaan besar apakah seseorang yang memiliki penyakit diabetes tidak
boleh mengkonsumsi glukosa ataupun makanan/minuman yang mengandung glukosa?
Lalu, bagaimana bila gejala hipoglikemia muncul? Apa yang harus dilakukan?
Pengobatan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi gejala atau efek hipoglikemia ringan yang
paling sederhana adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
glukosa seperti nasi atau minum teh dengan glukosa. Meskipun glukosa murni
mungkin pengobatan pilihan, bentuk karbohidrat yang mengandung glukosa sudah
cukup untuk menaikkan glukosa darah. Sedangkan untuk penanganan hipoglikemia
berat, di mana individu membutuhkan bantuan dari orang lain dan tidak dapat diobati
dengan karbohidrat oral, harus segera mendapatkan tindakan medis untuk mencegah
keparahan.
Sangat
disayangkan beberapa pasien diabetes seringkali tidak menyadari bahwa kadar glukosa
dalam darah sedang turun dalam keadaaan dratis dan menganggap gejala
hipoglikeia yang muncul merupakan efek dari keparahan diabetes. Maka dari itu
sudah sepatutnya pasien serta keluarga pasien mamahami gejala-gejala dari
hipoglikemia, karena penanganan yang salah atau terlambat terhadap hipoglikemia
dapat berakibat fatal.
Referensi
:
Anonim, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Anonim, 2006, Standards of Medical Care in Diabetes–2006,
American Diabetes Association, Diabetes Care, Volume
29, Supplement 1, January.
Catatan :
Tulisan ini diajukan untuk memenuhi Tugas Farmasi Klinik
Magister Farmasi Sains dan Teknologi UGM Yogyakarta.
Follow my IG / twitter @ermayunita26